Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Suanpan Abacus | Dinasti Han

Ilustrasi penggunaan Suanpan Abacus (sempoa) era Dinasti Han, Tiongkok

Sempoa Tua dari Negeri Tirai Bambu: Sejarah Suanpan Abacus dan Dinasti Han

Pernahkah Anda membayangkan bagaimana orang Tiongkok kuno menghitung sebelum kalkulator ditemukan? Jauh sebelum era digital, sebuah alat sederhana bernama suanpan—yang dikenal luas sebagai sempoa—telah menjadi otak matematika peradaban Cina. Sempoa bukan hanya alat hitung, melainkan simbol kejayaan intelektual di zaman Dinasti Han, sekitar 2.000 tahun yang lalu.

Suanpan berasal dari kata “suan” (hitung) dan “pan” (piring), menggambarkan fungsi utamanya sebagai alat hitung manual. Bentuk awalnya sangat sederhana, terbuat dari kayu, dengan manik-manik yang bisa digeser di sepanjang kawat atau tali. Tapi jangan salah, alat ini mampu melakukan operasi matematika kompleks: penjumlahan, pengurangan, bahkan perkalian dan pembagian.

Jejak Sejarah: Dari Dinasti Han Menuju Dunia

Catatan sejarah menyebutkan bahwa suanpan sudah digunakan pada masa Dinasti Han (206 SM – 220 M). Kala itu, alat ini digunakan oleh pedagang, ahli astronomi, bahkan pejabat istana untuk mencatat pajak dan menghitung logistik. Kecanggihan sempoa menjadikannya bagian penting dalam sistem birokrasi kekaisaran.

Bahkan, beberapa peneliti meyakini bahwa sempoa turut membantu pembangunan proyek-proyek raksasa seperti Tembok Besar Tiongkok dengan perhitungan material yang presisi.

Tak hanya berhenti di Cina, sempoa kemudian menyebar ke Jepang (soroban), Korea, hingga ke dunia Arab dan Eropa. Versi-versi baru bermunculan, namun semangatnya tetap satu: mengolah angka dengan jari dan otak.

Sempoa di Era Modern

Meski kini kita hidup di zaman kalkulator dan komputer, suanpan tetap hidup—terutama dalam pendidikan anak. Banyak sekolah di Asia masih menggunakan sempoa untuk melatih logika dan memori visual siswa. Bahkan, teknik berhitung cepat menggunakan sempoa (mental arithmetic) menjadi ajang kompetisi internasional.

Suanpan bukan hanya warisan budaya, tapi bukti bahwa inovasi manusia selalu dimulai dari hal-hal sederhana. Sebuah alat kecil dari kayu dan manik-manik, mampu melintasi abad dan peradaban.

Sempoa bukan sekadar alat hitung, ia adalah cermin kecerdasan masa lampau yang tak lekang oleh waktu.